Arti & Makna Lambang PSHT :
1. Segi empat panjang
- Bermakna Perisai.
2. Dasar Hitam
- Bermakna kekal dan abadi.
3. Hati putih bertepi merah
- Bermakna cinta kasih ada batasnya.
4. Merah melingkari hati putih
- Bermakna berani mengatakan yang ada dihati/kata hati
5. Sinar
- Bermakna jalannya hukum alam/hukum kelimpahan
6. Bunga Terate
- Bermakna kepribadian yang luhur
7. Bunga terate mekar, setengah mekar dan kuncup.
- Bermakna dalam bersaudara tidak membeda-bedakan latar belakang
8. Senjata silat
- Bermakna pencak silat sebagai benteng Persaudaraan.
9. Garis putih tegak lurus ditengah-tengah merah
- Bermakna berani karena benar, takut karena salah
10. Persaudaraan Setia Hati Terate
- Bermakna mengutamakan hubungan antar sesama yang tumbuh dari hati yang tulus, ikhlas, dan bersih.
- Apa yang dikatakan keluar dari hati yang tulus.
- Kepribadian yang luhur.
11. Hati putih bertepi merah terletak ditengah-tengah lambang
- Bermakna netral
Falsafah Persaudaraan Setia Hati Terate itu ternyata sampai sekarang
tetap bergaung dan berhasil melambungkan PSHT sebagai sebuah organisasi
yang berpangkal pada "persaudaraan" yang kekal dan abadi.
Adalah Ki Hadjar Hardjo Oetomo, lelaki kelahiran Madiun pada tahun
1890. Karena ketekunannya mengabdi pada gurunya, yakni Ki Ngabehi
Soerodiwiryo, terakhir ia pun mendapatkan kasih berlebih dan berhasil
menguasai hampir seluruh ilmu sang guru hingga ia berhak menyandang
predikat pendekar tingkat III dalam tataran ilmu Setia Hati (SH). Itu
terjadi di desa Winongo saat bangsa Belanda mencengkeramkan kuku
jajahannya di Indonesia.
Sebagai seorang pendekar, Ki Hadjar Hardjo Oetomo pun berkeinginan
luhur untuk mendarmakan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain. Untuk
kebaikan sesama. Untuk keselamatan sesama. Untuk keselamatan dunia.
Tapi jalan yang dirintis ternyata tidak semulus harapannya. Jalan itu
berkelok penuh dengan aral rintangan. Terlebih saat itu jaman
penjajahan. Ya, sampai Ki Hadjar sendiri terpaksa harus magang menjadi
guru pada sekolah dasar di benteng Madiun, sesuai beliau menamatkan
bangku sekolahnya. Tidak betah menjadi guru, Ki Hadjar beralih profesi
sebagai Leerling Reambate di SS (PJKA/Kereta Api Indonesia saat ini -
red) Bondowoso, Panarukan, dan Tapen.
Memasuki tahun 1906 terdorong oleh semangat pemberontakannya terhadap
Negara Belanda - karena atasan beliau saat itu banyak yang asli Belanda
-, Ki Hadjar keluar lagi dan melamar jadi mantri di pasar Spoor
Madiun. Empat bulan berikutnya ia ditempatkan di Mlilir dan berhasil
diangkat menjadi Ajund Opsioner pasar Mlilir, Dolopo, Uteran dan
Pagotan.
Tapi lagi-lagi Ki Hadjar didera oleh semangat berontakannya. Menginjak
tahun 1916 ia beralih profesi lagi dan bekerja di Pabrik gula Rejo
Agung Madiun. Disinipun Ki Hadjar hanya betah untuk sementara waktu.
Tahun 1917 ia keluar lagi dan bekerja di rumah gadai, hingga beliau
bertemu dengan seorang tetua dari Tuban yang kemudian memberi pekerjaan
kepadanya di stasion Madiun sebagai pekerja harian.
Dalam catatan acak yang berhasil dihimpun, di tempat barunya ini Ki
Hadjar berhasil mendirikan perkumpulan "Harta Jaya" semacam perkumpulan
koperasi guna melindungi kaumnya dari tindasan lintah darat. Tidak
lama kemudian ketika VSTP (Persatuan Pegawai Kereta Api) lahir, nasib
membawanya ke arah keberuntungan dan beliau diangkat menjadi Hoof
Komisaris Madiun.
Senada dengan kedudukan yang disandangnya, kehidupannya pun bertambah
membaik. Waktunya tidak sesempit seperti dulu-dulu lagi, saat beliau
belum mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Dalam kesenggangan waktu
yang dimiliki, Ki Hadjar berusaha menambah ilmunya dan nyantrik pada Ki
Ngabehi Soerodiwiryo.
Data yang cukup bisa dipertanggungjawabkan menyebutkan dalam
tahun-tahun inilah Setia Hati (SH) mulai disebut-sebut untuk mengganti
nama dari sebuah perkumpulan silat yang semula bernama "Djojo Gendilo
Cipto Mulyo".
Masuk Sarikat Islam.
Memasuki tahun 1922, jiwa pemberontakan Ki Hadjar membara lagi dan
beliau bergabung dengan Sarikat Islam (SI), untuk bersama-sama mengusir
negara penjajah, malah beliau sendiri sempat ditunjuk sebagai
pengurus. Sedangkan di waktu senggang, ia tetap mendarmakan ilmunya dan
berhasil mendirikan perguruan silat yang diberi nama SH Pencak Spor
Club. Tepatnya di desa Pilangbangau - Kodya Madiun Jawa Timur, kendati
tidak berjalan lama karena tercium Belanda dan dibubarkan.
Namun demikian semangat Ki Hadjar bukannya nglokro (melemah), tapi
malah semakin berkobar-kobar. Kebenciannya kepada negara penjajah kian
hari kian bertambah. Tipu muslihatpun dijalankan. Untuk mengelabuhi
Belanda, SH Pencak Sport Club yang dibubarkan Belanda, diam-diam
dirintis kembali dengan siasat menghilangkan kata "Pencak" hingga
tinggal "SH Sport Club". Rupanya nasib baik berpihak kepada Ki Hadjar.
Muslihat yang dijalankan berhasil, terbukti Belanda membiarkan
kegiatannya itu berjalan sampai beliau berhasil melahirkan murid
pertamanya yakni, Idris dari Dandang Jati Loceret Nganjuk, lalu Mujini,
Jayapana dan masih banyak lagi yang tersebar sampai Kertosono,
Jombang, Ngantang, Lamongan, Solo dan Yogyakarta.
Ditangkap Belanda.
Demikianlah, hingga bertambah hari, bulan dan tahun, murid-murid Ki
Hadjar pun kian bertambah. Kesempatan ini digunakan oleh Ki Hadjar guna
memperkokoh perlawanannya dalam menentang penjajah Belanda. Sayang,
pada tahun 1925 Belanda mencium jejaknya dan Ki Hadjar Hardjo Oetomo
ditangkap lalu dimasukkan dalam penjara Madiun.
Pupuskah semangat beliau ? Ternyata tidak. Bahkan semakin menggelegak.
Dengan diam-diam beliau berusaha membujuk rekan senasib yang ditahan di
penjara untuk mengadakan pemberontakan lagi. Sayangnya sebelum
berhasil, lagi-lagi Belanda mencium gelagatnya. Untuk tindakan
pengamanan, Ki Hadjar pun dipindah ke penjara Cipinang dan seterusnya
dipindah di penjara Padang Panjang Sumatera. Ki Hadjar baru bisa
menghirup udara kebebasan setelah lima tahun mendekam di penjara dan
kembali lagi ke kampung halamannya, yakni Pilangbangau, Madiun.
Selang beberapa bulan, setelah beliau menghirup udara kebebasan dan
kembali ke kampung halaman, kegiatan yang sempat macet, mulai digalakan
lagi. Dengan tertatih beliau terus memacu semangat dan mengembangkan
sayapnya. Memasuki tahun 1942 bertepatan dengan datangnya Jepang ke
Indonesia SH Pemuda Sport Club diganti nama menjadi "SH Terate". Konon
nama ini diambil setelah Ki Hadjar mempertimbangkan inisiatif dari
salah seorang muridnya Soeratno Soerengpati. Beliau merupakan salah
seorang tokoh Indonesia Muda.
Selang enam tahun kemudian yaitu tahun 1948 SH Terate mulai berkembang
merambah ke segenap penjuru. Ajaran SH Terate pun mulai dikenal oleh
masyarakat luas. Dan jaman kesengsaraanpun sudah berganti. Proklamasi
kemerdekaan RI yang dikumandangkan oleh Soekarno-Hatta dalam tempo
singkat telah membawa perubahan besar dalam segala aspek kehidupan.
Termasuk juga didalamnya, kebebasan untuk bertindak dan berpendapat.
Atas prakarsa Soetomo Mangku Negoro, Darsono, serta saudara seperguruan
lainnya diadakan konferensi di Pilangbangau (di rumah Alm Ki Hadjar
Hardjo Oetomo). Dari konferensi itu lahirlah ide-ide yang cukup bagus,
yakni SH Terate yang semenjak berdirinya berstatus "Perguruan Pencak
Silat" dirubah menjadi organisasi "Persaudaraan Setia Hati Terate".
Selanjutnya Soetomo Mangkudjajo diangkat menjadi ketuanya dan Darsono
menjadi wakil ketua.
Tahun 1950, karena Soetomo Mangkudjojo pindah ke Surabaya, maka
ketuanya diambil alih oleh Irsad. Pada tahun ini pula Ki Hadjar Hardjo
Oetomo adalah seorang tokoh pendiri PSHT, mendapatkan pengakuan dari
pemerintah Pusat dan ditetapkan sebagai "Pahlawan Perintis Kemerdekaan"
atas jasa-jasa beliau dalam perjuangan menentang penjajah Belanda.
Ki Ngabei Ageng Soerodiwirdjo nama kecilnya adalah Muhamad Masdan, yang
lahir pada tahun 1876 di Surabaya putra sulung Ki Ngabei Soeromihardjo
(mantri cacar di ngimbang kab: jombang Ki ngabei Soeromihardjo adalah
saudara sepupu RAA Soeronegoro (bupati Kediri pada saat itu). Ki Ageng
soerodiwirdjo mempunyai garis keterunan batoro katong di Ponorogo,
beliau kawin dengan ibu sarijati umur 29 tahun di surabaya dari
perkawinan itu dianugrahi 3 anak laki-2 dan 2 anak perempuan namun
semuanya meninggal dunia sewaktu masih kecil.
Pada usia 14 tahun (th 1890) beliau lulus SR sekarang SD kemudian
diambil putra oleh pamanya (wedono di wonokromo) dan tahun 1891 yaitu
tepat berusia 15 tahun ikut seorang kontrolir belanda di pekerjakan
sebagai juru tulis tetapi harus magang dahulu (sekarang capeg). Pada
usia yang relatif masih muda Ki Ageng Soerodiwirdjo mengaji di pondok
pesantren tibu ireng jombang, dan disini lah beliau belajar pencak
silat pada tahun 1892 pindah ke bandung tepatnya di parahyangan di
daerah ini beliau berksempatan menambah kepandaian ilmu pencak silat.
Ki Ageng Soerodiwirdjo adalah seorang yang berbakat, berkemauan keras
dan dapat berfikir cepat serta dapat menghimpun bermacam-macam gerak
langkah permainan. Pencak silat yang di ikuti antar lain:
* Cimande
* Cikalong
* Cibaduyut
* Ciampea
* Sumedangan
Tahun 1893 beliau pindah ke jakarta, di kota betawi ini hanya satu
tahun tetapi dapat mempergunakan waktunya untuk menambah pengetahuan
dalam belajar pencak silat yaitu:
* Betawian
* Kwitangan
* Monyetan
* Toya
Pada tahun 1894 Ki Ageng Soerodiwirdjo pindah ke bengkulu karena pada
saat itu orang yang di ikutinya (orang belanda) pindah kesana.di
bengkulu permainanya sama dengan di jawa barat, enam bulan kemudian
pindah ke padang. Di kedua daerah ini Ki Ageng Soerodiwirdjo juga
memperdalam dan menambah pengetahuannya tentang dunia pencak silat.
Permainan yang diperolehnya antara lain : minangkabau
* Permainan padang Pariaman
* Permainan padang Sidempoan
* Permainan padang Panjang
* Permainan padang Pesur / padang baru
* Permainan padang sikante
* Permainan padang alai
* Permainan padang partaikan
Permainan yang di dapat dari bukit tinggi yakni :
* Permainan Orang lawah
* Permainan lintang
* Permainan solok
* Permainan singkarak
* Permainan sipei
* Permainan paya punggung
* Permainan katak gadang
* Permainan air bangis
* Permainan tariakan
Dari daerah tersebut salah satu gurunya adalah Datuk Rajo Batuah.
Beliau disamping mengajarkan ilmu kerohanian. Dimana ilmu kerohanian
ini diberikan kepada murid-murid beliau di tingkat II.
Pada tahun 1898 beliau melanjutkan perantuanya ke banda aceh, di tempat
ini Ki Ageng Soerodiwirdjo berguru kepada beberapa guru pencak silat,
diantarnya :
* Tengku Achamd mulia Ibrahim
* Gusti kenongo mangga tengah
* Cik bedoyo
Dari sini diperoleh pelajaran – pelajaran, yakni:
* Permainan aceh pantai
* Permainan kucingan
* Permainan bengai lancam
* Permainan simpangan
* Permainan turutung
Pada tahun 1902 Ki Ageng Soerodiwirdjo kembali ke Surabaya dan bekerja
sebagai anggota polisi dengan pangkat mayor polisi. Tahun 1903 di
daerah tambak Gringsing untuk pertama kali Ki Ageng Soerodiwirdjo
mendirikan perkumpulan mula-mula di beri nama ‘SEDULUR TUNGGAL KECER”
dan permainan pencak silatnya bernama “ JOYO GENDELO” .
Pada tahun 1917 nama tersebut berubah, dan berdirilah pencak silat
PERSAUDARAAN SETIA HATI, (SH) yang berpusat di madiun tujuan
perkumpulan tersebut diantaranya, agar para anggota (warga) nya
mempunyai rasa Persaudaraan dan kepribadian Nasional yang kuat karena
pada saat itu Indonesia sedang di jajah oleh bangsa belanda. Ki Ageng
Soerodiwirdjo wafat pada hari jum`at legi tanggal 10 nopember 1944 dan
di makamkan di makam Winongo madiun dalam usia enam puluh delapan tahun
(68).
Jiwa patriotisme yang tinggi ditunjukkan oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo,
salah seorang Saudara Tertua Setia Hati, dengan bantuan teman-temannya
dari Pilang Bango, Madiun dengan berani menghadang kereta api yang
lewat membawa tentara Belanda atau mengangkut perbekalan militer.
Penghadangan, pelemparan, dan perusakkan yang terjadi berulang-ulang
sampai akhirnya ia ditangkap PID Belanda dan mendapat hukuman kurungan
di penjara Cipinang dan dipindahkan ke Padang, Sumatera Barat. Setelah
dibebaskan, Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang telah mendirikan Setia Hati
Pencak Sport Club yang kemudian mengaktifkan kembali perguruannya
sampai akhirnya berkembang dengan nama Persaudaraan Setia Hati Terate.
Persaudaraan Setia Hati Terate dalam perkembangannya dibesarkan oleh RM
Imam Koesoepangat murid dari Mohammad Irsyad kadhang (saudara) Setia
Hati Pencak Sport Club (SH PSC) yang merupakan murid dari Ki Hadjar
Hardjo Oetomo.
Sebelum menjadi kadhang SH dan mendirikan SH PSC, Ki Hadjar Hardjo
Oetomo magang sebagai guru di SD Banteng Madiun. Tidak betah menjadi
guru, bekerja di Leerling Reambate di SS (PJKA) Bondowoso, Panarukan
dan Tapen. Tahun 1906 keluar dari PJKA dan bekerja menjadi Mantri Pasar
Spoor Madiun di Mlilir dengan jabatan terakhir sebagai Ajudan Opsioner
Pasar Mlilir, Dolopo, Uberan dan Pagotan (wilayah selatan Madiun).
Pada tahun 1916 bekerja di pabrik gula Redjo Agung Madiun. Tahun 1917
masuk menjadi saudara SH dan dikecer langsung oleh Ki Ngabei
Soerodiwirjo, pendiri Persaudaran Setia Hati. Pada tahun ini bekerja di
stasiun kereta api Madiun hingga menjabat Hoof Komisaris. Tahun 1922
bergabung dengan Sarekat Islam dan mendirikan Setia Hati Pencak Sport
Club di Desa Pilangbango, Madiun, yang kemudian berkembang sampai ke
daerah Nganjuk, Kertosono, Jombang, Ngantang, Lamongan, Solo, dan
Yogyakarta.
Tahun 1925, ditangkap oleh Pemerintah Belanda dan dipenjara di
Cipinang, kemudian dipindahkan ke Padang, Sumatra Barat selama 15
tahun. SH PSC dibubarkan Belanda karena terdapat nama "pencak". Setelah
pulang dari masa tahanan mengaktifkan kembali SH PSC dan untuk
menyesuaikan keadaan, kata "pencak" pada SH PSC menjadi "pemuda". Kata
"pemuda" semata-mata hanya untuk mengelabui Belanda agar tidak
dibubarkan. Bertahan sampai tahun 1942 bersamaan dengan datangnya
Jepang ke Indonesia.
Tahun 1942, atas usul saudara SH PSC Soeratno Soerengpati tokoh
pergerakan Indonesia Muda, nama SH Pemuda Sport Club diubah menjadi
Setia Hati Terate. Pada waktu itu SH Terate bersifat perguruan tanpa
organisasi.
Tahun 1948, atas prakarsa Soetomo Mengkoedjojo, Darsono,dan lain-lain
mengadakan konferensi di rumah Ki Hadjar Hardjo Oetomo di desa
Pilangbango, Madiun. Hasil konferensi menetapkan Setia Hati Terate yang
dulunya bersifat perguruan diubah menjadi organisasi Persaudaraan Setia
Hati Terate dengan diketuai oleh Oetomo Mangkoewidjojo dengan wakilnya
Darsono. Kemudian secara berturut-turut:
· Tahun 1950, Ketua Pusat oleh Mohammad Irsyad.
· Tahun 1974, Ketua Pusat oleh RM Imam Koesoepangat.
· Tahun 1977-1984, Ketua Dewan Pusat oleh RM Imam Koesoepangat dan Ketua Umum Pusat oleh Badini.
· Tahun 1985, Ketua Dewan Pusat oleh RM Imam Koesoepangat dan Ketua Umum Pusat oleh Tarmadji Boedi Harsono.
· Tahun 1988, Ketua Dewan Pusat RM Imam Koesoepangat meninggal dunia
dan PSHT dipimpin oleh Ketua Umum Tarmadji Boedi Hardjono sampai
sekarang.
Untuk menjadi saudara pada Persaudaraan Setia Hati "Terate" ini,
sebelumnya seseorang itu terlebih dahulu harus mengikuti pencak silat
dasar yang dimulai dari sabuk hitam, merah muda, hijau dan putih kecil.
Pada tahap ini seseorang tersebut disebut sebagai siswa atau calon
saudara.
Selama dalam proses latihan pencak silat, seorang pelatih/warga
(saudara SH) juga memberikan pelajaran dasar ke-SH-an secara umum
kepada para siswa.
Setelah menamatkan pencak silat dasar tersebut, seseorang yang dianggap
sebagai warga atau saudara SH adalah apabila ia telah melakukan
pengesahan yang dikecer oleh Dewan Pengesahan. Dewan pengesahan ini
termasuk saudara SH yang "terbaik dari yang terbaik" yang dipilih
melalui musyawarah saudara-saudara SH. Proses kecer tersebut
berlangsung pada bulan Syura. Adapun sarat yang harus disediakan dalam
pengeceran antara lain: Ayam jago, mori, pisang, sirih, dan lain
sebagainya sarat-sarat yang telah ditentukan.
Dalam proses pengeceran ini, kandidat diberi pengisian dan gemblengan
jasmani dan rohani dan ilmu ke-SH-an serta petuah-petuah,
petunjuk-petunjuk secara mendalam dan luas. Saudara SH yang baru
disahkan tersebut, dalam tingkatan ilmu disebut sebagai saudara tingkat
I (erste trap). Pada Persaudaraan Setia Hati Terate juga dibagi dalam
tiga jenis tingkatan saudara yaitu saudara SH Tingkat I (ester trap),
Tingkat II (twede trap), tingkat III (derde trap).
Pada Persaudaraan Setia Hati Terate diajarkan 36 jurus pencak silat
yang merupakan warisan dari Ki Ngabei Soerodiwirjo di erste trap serta
pelajaran ilmu ke-SH-an yang dapat diperoleh pada tingkatan twede trap
dan derde trap. Jurus-jurus tersebut merupakan ramuan dari beberapa
aliran pencak silat yang berada di nusantara, di antaranya dari Jawa
Barat, Betawi (Jakarta), dan Minangkabau.
Khadang SH Terate tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan di beberapa
negara seperti Belanda, Perancis, Belgia, Jerman, Amerika Serikat,
Australia, Malaysia, Singapura, Vietnam, Brunei Darussalam. Secara
administratif mulai dirintis pencatatan jumlah saudara pada tahun 1986.
Sehingga jumlah saudara mulai tahun 1986 - 1999 sebanyak 108.267